Minggu, 29 Maret 2009

Studi Kasus Sosiologi

Nama : Alta Windiana

NIM : 2006100141

Kelas : MC 10-5B

Tanggal: 19 September 2007


1. Kasus I: Peraturan pemerintah yang memberlakukan kenaikan tarif jalan tol, menyebabkan kemacetan lalu lintas yang luar biasa. Belum lagi menyebabkan naiknya harga-harga barang lain. Hal ini juga menyebabkan perlawanan masyarakat yang disebut class action (gugatan kelompok), karena dianggap melanggar hak-hak publik. Kasus kenaikan tarif tol meluas menjadi masalah sosial yang dihadapi banyak orang.

è Kasus tersebut bila dilihat dari perspektif Tata Tertib Sosial:

· Teori Fungsionalis: Pemerintah memutuskan untuk menaikkan tarif bagi pengguna jalan tol, selain berdasar pada UU atau PP No. 15 tahun 2005 tentang jalan tol, hal ini juga terjadi karena beberapa alasan lain. Diantaranya, karena adanya laju inflasi, dan untuk meningkatkan pelayanan jalan tol. Hal ini juga dianggap dapat mendorong investasi asing di bidang jalan tol.

· Teori Konflik: Dengan berlakunya peraturan berupa kenaikan tarif jalan tol ini, pemerintah dianggap membela kepentingan investor dengan mengabaikan hak-hak pengguna jalan tol. Pelayanan yang diberikan oleh pengelola jalan tol juga dianggap tidak sepadan dengan naiknya tarif.

è Penyebab: Kenaikan tarif jalan tol ini disebabkan oleh rencana pihak Jasa Marga untuk menambah ruas jalan tol, namun masih membutuhkan dana yang tidak sedikit. Sedangkan, gugatan dari masyarakat (class action) disebabkan oleh tidak puasnya asyarakat atas pelayanan jalan tol, dan tarif jalan tol yang mahal tersebut dianggap memberatkan masyarakat.

è Dampak: Dampak dari kenaikan tarif tersebut cukup luas. Diantaranya, jalan-jalan arteri dan lingkungan menjadi semakin macet. Hal lain yang secara tidak langsung ditimbulkan adalah naiknya harga-harga lain, seperti harga angkutan dan harga bahan-bahan pokok. Hal-hal seperti ini dapat menambah beban masyarakat.

è Solusi: Pemerintah seharusnya memberikan subsidi lebih untuk membangun dan memperbaiki jalan tol, sehingga hal ini tidak perlu terjadi.

2. Kasus II: Maraknya kasus bunuh diri di kalangan siswa-siswi SD. Selama dua tahun terakhir, kasus bunuh diri semakin banyak dijumpai pada anak-anak berusia SD atau SMP.

è Kasus tersebut bila dilihat dari pandangan Emile Durkheim:

- Menurut Emile Durkheim, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang fakta sosial. Fakta sosial: Cara berpikir, berperasaan, bertindak di luar individu dan memiliki kekuatan memaksa dan mengendalikan.

- Penyebab paling kuat dari kasus bunuh diri di kalangan anak-anak tersebut berasal dari lingkungannya (ejekan teman-temannya, kesulitan ekonomi, tekanan dari sekolah atau orang tua), sehingga anak-anak tersebut merasa tertekan dan depresi, dan mendorong mereka untuk bunuh diri. .

è Penyebab:

¨ Anak-anak yang melakukan bunuh diri tersebut mendapat tekanan dan pengaruh yang besar dari lingkungan sekitarnya, baik dari kehidupan sehari-hari maupun sekolahnya.

¨ Rendahnya tingkat ekonomi , sehingga anak-anak merasa tertekan dan malu

¨ Rendahnya tingkat pendidikan, baik anak-anak maupun orangtua, sehingga mereka seringkali tidak bisa memecahkan masalah yang menekan mereka.

è Dampak: Kasus bunuh diri anak-anak tersebut dapat membuat contoh yang buruk bagi anak-anak lain. Dengan pemberitaan kasus-kasus tersebut di media massa, dapat membuat mereka melakukan hal yang sama.

è Solusi:

¨ Memupuk rasa kebersamaan dan saling tolong-menolong diantara anak-anak sekolah.

¨ Memperbaiki tingkat pendidikan dan ekonomi masyarakat.

Tidak ada komentar: