Kamis, 02 April 2009

Pembagian Kebudayaan Berdasarkan Sifatnya

BAGAIMANA KEBUDAYAAN DIBEDAKAN

Oleh:
Alta Windiana (2006100141)
Cindy Christy Arum (2006100797)
Elvira (2006100434)
Fransiska (2006100059)
Julius Caesar (2006100877)
Yoga Darma Jati (2006100916)
Kelas MC-10-5B
Tanggal: 16 September 2007

Bagaimana Kebudayaan Dibedakan:
• Kebudayaan Individualistik dan Kolektivistik
• Kebudayaan High Context dan Low Context
• Power Distances
• Kebudayaan Maskulin dan Feminin


  • Kebudayaan Individualistik dan Kolektivistik
• Kebudayaan Individualistik
Kebudayaan Individualistik menekankan pada nilai-nilai individual, seperti kekuasaan dan pencapaian pribadi.
Beberapa hal yang perlu diketahui dalam kebudayaan Individualistik:
- Individualisme berkembang dalam masyarakat yang ikatan antar individunya longgar/ tidak terlalu akrab.
- Orang-orang dalam kebudayaan individualistic menganggap dirinya sebagai seorang individu yang istimewa, berbeda dengan orang lain, menekankan pada kata “Aku”.
- Mereka berkounikasi secara efektif, terus terang, to the point, tanpa basa-basi
- Mengutamakan kesuksesan dan keberhasilan pribadi dalam pekerjaannya, tak segan bersaing untuk memperebutkan posisi.

Contoh:
- Di negara Amerika, orang-orangnya mengembangkan relasi dalam pekerjaannya semata-mata untuk kepentingan pribadi, bukan untuk tujuan kekeluargaan.
- Di Amerika, mereka bekerja keras untuk mencapai jabatan tertinggi, dan tak segan untuk bersaing ketat untuk memperebutkan posisi tertentu, tanpa memikirkan orang lain.
- Di negara-negara Barat, saat mau menikah, mereka menganggapnya sebagai urusan pribadi dan tidak perlu untuk melibatkan keluarga atau orang-orang disekitarnya.

• Kebudayaan Kolektivistik
Kebudayaan Kolektivistik menekankan nilai-nilai kebersamaan, seperti kerjasama dan tanggung jawab kepada kelompok.
Beberapa hal yang perlu diketahui dalam kebudayaan Kolektivistik:
- Lebih mengutamakan kelompok dan memposisikan dirinya sebagai bagian dari kelompok atau “Kami“.
- Masyarakatnya bersifat harmonis dan setia, harus menghindari pertentangan dan konfrontasi.
- Konflik dan pertentangan sebisa mungkin dicegah, dan bila mereka tidak sependapat, mereka menggunakan pernyataan negatif, sebagai ganti kata “tidak“.

Contoh:
- Dalam berorganisasi di Cina, mereka menggunakan kata “kami“ dalam berkomunikasi. Di dalam perusahaan, loyalitas dan keharmonisan antar karyawan sangat terjaga sehingga bentrokan pribadi dapat dihindari.
- Di negara-negara timur, khususnya Indonesia, bila seseorang menikah, maka pasangan itu harus melibatkan seluruh sanak keluaranya, baik dalam hal persiapan maupuun persetujuan.


  • Kebudayaan High- Context dan Low-context

• Kebudayaan High Context
Dalam kebudayaan High Context, isi informasi saat berkomunikasi tergantung pada konteksnya dan orang yang menyampaikannya.
Beberapa hal yang perlu diketahui dalam kebudayaan High- Context:
- Bersifat kolektivistik dan intuitif
- Orang-orangnya mengutamakan hubungan interpersonal
- Dalam berkomunikasi, kata-kata bukanlah suatu hal yang penting. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah nada suara, ekspresi wajah, gesture, bahkan latar belakang seseorang.
- Cenderung menggunakan bahasa tidak langsung dan formal. Umumnya menggunakan bahasa yang berkelit-kelit, rendah hati, dan kata-kata kiasan.

Contoh:
- Orang Jawa cenderung bicara berbelit-belit dan tidak langsung pada pokok pembicaraan.
- Orang Indonesia juga lebih menunjukkan rasa hormat pada orang yang lebih tua. Misalnya pada orang Jawa, mereka selalu memanggil orang yang lebih tua dengan sebutan pak, bu, mas atau mbak. Ketika berjalan melewati orang yang lebih tua, mereka juga wajib membungkukkan badan.

• Kebudayaan Low Context
Dalam kebudayaan Low-context, isi informasi saat berkomunikasi dibuat tegas dan terus terang
Beberapa hal yang perlu diketahui dalam kebudayaan Low- Context
- Bersifat logis, linear/langsung, idividualistis, dan lebih banyak bertindak daripada berbicara.
- Orang-orangnya lebih mengutamakan logika, fakta, dan selalu to the point.
- Diskusi selalu berakhir dengan tindakan. Para komunikator harus mudah dimengerti, singkat, dan efisien.
- Mereka berusaha menggunakan kata-kata yang tepat dan langsung.

Contoh:
- Di Amerika, orangtua dan anaknya berbicara seperti teman, dan saling memanggil nama.
- Orang Batak cenderung berbicara secara tegas dan langsung pada pokok masalah.


  • Kebudayaan Bedasarkan Power Distances

• Kebudayaan High power Distance
Dalam kebudayaan High Power Distance, terdapat perbedaan kekuasaan yang sangat jelas diantara masyarakatnya.
Beberapa hal yang perlu diketahui dalam kebudayaan High power Distance:
- Perbedaan antara atasan dan bawahan sangat jelas.
- Bawahan harus menunggu perintah untuk bertindak
- Bawahan selalu dipersalahkan bila ada kesalahan
- Hubungan antar atasan dan bawahan tidak dekat ataupun bersifat personal.
- Politik mengarah ke totaliter
- Adanya pembagian kelas

Contoh:
- Saat pemerintahan Presiden Soeharto, masyarakat Indonesia tidak bebas mengungkapkan pendapat dan takut mengeluarkan aspirasinya.
- Hubungan antara tuan tanah dan buruhnya saat Revolusi industri di Inggris dan Perancis yang cenderung mengeksploitasi.

• Kebudayaan Low Power Distance
Dalam kebudayaan low power distance, kekuasaan lebih dibagikan secara merata.
Beberapa hal yang perlu diketahui dalam kebudayaan Low power Distance:
- Atasan memperlakukan bawahannya dengan hormat dan tidak semena-mena.
- Bawahan dipercayakan tugas-tugas penting
- Kesalahan dipertanggungjawabkan secara merata antar atasan dan bawahan.
- Manajer sering bersosialisasi dengan bawahan.
- Politik berasaskan demokrasi.
- Masyarakat mengarah ke persamaan hak antar warganya.

Contoh:
- Sistem pemerintahan Amerika Serikat bersifat demokrasi Liberal, dengan slogan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
- Pemilihan Presiden secara langsung di Indonesia.


  • Kebudayaan Maskulin dan Feminin

• Kebudayaan Maskulin
Kebudayaan maskulin menekankan keaktifan, ambisi, dan kompetisi.
Beberapa hal yang perlu diketahui dalam kebudayaan Maskulin:
- Terdapat nilai-nilai persaingan, ambisi, dan obsesi pada kekayaan dan kekuasaan.
- Adanya perbedaan dan diskriminasi antar gender yang mencolok (pria diharapkan lebih asertif, kuat, dan berkonsentrasi pada kesuksesan material, sedangkan wanita diharapkan lebih rendah hati, penuh kasih, dan memperhatikan mutu kehidupan).

Contoh:
- Kebudayaan Jepang yang sangat maskulin. Para prianya dikenal sangat ambisius dalam pekerjaan dan selalu ingin menjadi nomor satu.
- Di Jepang, saat zaman samurai kuno, para prianya sangat mengutamakan kehormatan dan kekuasaan, dan seringkali para wanitanya dijadikan alat politik.

• Kebudayaan Feminin
Kebudayaan Feminin menekankan kompromi dan negoisasi.
Beberapa hal yang perlu diketahui dalam kebudayaan Feminin:
- Lebih menekankan pada nilai kebersamaan dan kekeluargaan
- Diskriminasi gender tidak begitu terlihat.
- Peran kedua gender harus disamakan (baik pria maupun wanita seharusnya rendah hati, penuh kasih, dan peduli akan mutu kehidupan).

Contoh:
- Di Amerika, tidak ada diskriminasi antar gender saat melamar pekerjaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar